Analisis komunitas bakteri dilakukan untuk melihat
keragaman komunitas bakteri di suatu sampel atau lingkungan tertentu, misalnya pada tanah, air, buah, akar tanaman, atau pada kotoran ternak. Analisis ini biasanya dilakukan oleh para peneliti untuk melihat pengaruh senyawa maupun polutan tertentu terhadap struktur komunitas bakteri yang ada suatu tanah maupun lingkungan perairan.
Ada
beberapa teknik yang dapat dilakukan
untuk melihat keragaman komunitas bakteri, baik secara kultur-dependen maupun
kultur-independen (Jin et al., 2011;
Fujita et al., 2010). Keterbatasan
utama dari kultur-dependen adalah >99% mikrobia tidak dapat ditumbuhkan
dengan teknik kultur standar (Hugenholtz,
2002). Oleh karena itu pada kultur-independen marker yang digunakan umumnya
berupa biomolekul seperti asam nukleat, lipid maupun protein (Rastogi &
Sani, 2011).
Teknik molekuler dapat digunakan baik untuk pendekatan
kultur-dependen maupun kultur-independen
(Fakruddin & Mannan, 2013). Secara luas, teknik ini dikelompokkan
menjadi dua kategori utama, tergantung kemampuannya dalam mengungkap struktur
dan fungsi diversitas bakteri (1) pendekatan analisis komunitas secara
menyeluruh, meliputi hibridisasi DNA, sekuensing genom lengkap, metagenom,
proteogenom, dan metatranskriptom (2) pendekatan analisis komunitas secara
parsial; meliputi teknik fingerprinting
(DGGE/TTGE, SSCP, RAPD, ARDRA, T-RFLP, LH-PCR, RISA, and RAPD), perpustakaan
klon (clone library),
Quantitatif-PCR, hibridisasi fluoresens-in
situ, dan analisis lipid bakteri (Rastogi & Sani, 2011).
Teknik
PCR-RISA (Polymerase Chain Reaction-Ribosomal Intergenic Spacer Analysis)
Pada
teknik RISA (Ribosomal Intergenic Spacer Analysis), daerah ISR (intergenic spacer region) antara 16S dan
23S rRNA diamplifikasi dengan PCR, didenaturasi dan dipisahkan pada gel
poliakrilamid atau agarose dibawah kondisi terdenaturasi (Kirk et al., 2004). Daerah ini mungkin
mengkode tRNA dan berguna untuk membedakan strain bakteri dan spesies yang
berkerabat dekat karena heterogenitas panjang dan urutan ISRnya (Fisher &
Triplett, 1999).
Intergenic Spacer Region ( ISR)
(150-1500 bp)
|
Posisi daerah ISR
pada gen 16s dan 23S rRNA. (Sumber: Biominewiki);
Daerah
ISR mengandung heterogenitas yang penting baik panjang maupun urutannya. Dengan
menggunakan primer yang menempel ke daerah konservatif di antara gen 16S dan
23S rRNA, profil RISA dapat dihasilkan dari bakteri yang hidup dominan di suatu
sampel atau lingkungan. RISA menyediakan profil komunitas yang spesifik, dimana
setiap pita menunjukkan setidaknya satu organisme dalam komunitas (Rastogi &
Sani, 2006).
Aplikasi,
Kelebihan, serta Kelemahan PCR-RISA
RISA digunakan secara luas untuk analisis komunitas
mikrobia berbagai macam sampel di lingkungan yang berbeda-beda. Risa telah
dieksplorasi untuk membandingkan diversitas mikrobia di dalam tanah, di dalam
rizosfer tanaman (Benizri et al.,
2005), pada tanah yang terkontaminasi (Ranjard et al., 2000) , dan respon terhadap inokulasi (Rojaz-oropeza et al., 2010). Selain itu RISA juga
telah diaplikasikan untuk studi dinamika mikrobia dalam bioreaktor (Qu et al., 2009) serta analisa sampel
sputum untuk pengkajian penyakit (Nazaret et
al., 2009).
Meskipun RISA memberikan estimasi komposisi komunitas
mikrobia yang relatif cepat, secara teknis RISA membutuhkan kuantitas DNA yang
besar. Selain itu visualisasi produk PCR-RISA menggunakan elektroforesis gel agarose
dan poliakrilamid tidak praktis dan efesien dari segi waktu (Fisher & Triplett,
1999).
sumber: S. Ahmad Tahir
0 komentar:
Posting Komentar