Sabtu, 16 Agustus 2014

Teknologi Tanaman Transgenik

Pemuliaan tanaman dengan teknik seleksi dan hibridisasi memiliki banyak keterbatasan, terutama karena ketidakmampuan teknik ini untuk menembus barrier reproduksi, sehingga sifat yang diperoleh berasal dari spesies itu sendiri. Untuk itu, muncullah teknologi transgenik dengan memanfaatkan DNA rekombinan yang kemudian ditransformasikan ke dalam sel tanaman yang selanjutnya dikultur menjadi tanaman transgenik yang utuh dan baru. Untuk menghasilkan tanaman transgenik, ada beberapa langkah utama yang dilakukan, yaitu:
1.      Isolasi gen
2.      Menyiapkan jaringan (kultur jaringan)     
3.      Transformasi
4.      Regenerasi

Pada artikel ini, pembahasan akan lebih ditekankan pada tahap transformasi vektor yang membawa gen ke dalam sel tanaman.
Metode Transformasi Genetik pada Tanaman
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk transformsi gen ke dalam tanaman, dan yang umum digunakan  yaitu partikel bombardment dan melalui pertantara Agrobacterium tumefaciens.
1.      Partikel Bombardment
Helios Gen Gun dan alat Gen Gun Standar
Partikel bombardment merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memasukkan DNA asing ke dalam kultur sel dengan cara penembakan. Melalui teknik ini, gen asing ditransfer secara langsung ke dalam sel atau jaringan, dengan daerah kisaran yang luas. Partikel Bombardmen juga dikenal sebagai gen gun (senapan gen) atau biolistik (Anonim, 2009). Teknik partikel bombardent sekarang sudah luas digunakan, tidak hanya untuk produksi tanaman transgenik tetapi juga digunakan pada sel bakteri dan hewan bahkan ke dalam organ hewan yang masih hidup. Para saintis telah memodifikasi alat ini sehingga dapat mentransfer DNA ke dalam mitokondria yeast, kloroplas dan mikroalga hijau (Clark, 2012: 406).  
Gen terkandung dalam plasmid ataupun dalam kaset gen (fragmen linear gen hasil PCR). Pada plasmid terdapat marker khusus, promoter, sekuen gen dan terminator sedangkan kaset gen terdiri atas promoter, primer, probe, sekuen gen, terminator. Transformasi menggunakan partikel bombardment dapat dilakukan dengan lebih dari satu plamid yang membawa gen berbeda untuk berintegrasi dalam genom tumbuhan yang sama, contohnya gen yang mengkode PHA untuk jalur metabolit (Romano, dkk,. 2003). 
Skema Kaset gen

Teknik kerja partikel bombardment
Pada teknik bombardment, DNA dibawa oleh partikel logam emas atau tungsten yang berukuran mikroskopik. Partikel yang digunakan untuk bombardment biasanya berupa emas karena bersifat inert, padat, dan tidak beracun dalam sel. Partikel emas lebih aman untuk digunakan karena tungsten dapat bersifat toksik pada beberapa tanaman. Partikel yang membawa DNA  ditembakkan oleh senapan (gun) ke dalam jaringan tanaman dan menembus dinding sel untuk masuk ke dalam nukleus, mitokondria atau kloroplas dan menyatu dengan kromosom DNA inang. DNA vektor/plasmid membawa sekuen spesifik yang digunakan untuk mengenali lokasi yang tepat atau yang diinginkan untuk berintegrasi dengan genome (Hayes dan Frieda, 2010).  

Clark (2012) menyebutkan bahwa gen gun dapat beroperasi melalui 2 cara yaitu dengan pemberian tekanan udara maupun tegangan voltase yang tinggi.
Tipe Gen Gun. A. tekanan udara; B. tegangan voltase tinggi

DNA melepaskan diri dari partikel di dalam sel. Beberapa DNA masuk ke dalam organel target dan berhasil berintegrasi dengan kromosom DNA inang. Kemudian sel/jaringan transgen ditumbuhkan dalam medium kultur kusus sesuai dengan DNA yang membawa penanda kusus, misalnya gen resisten herbisida atau insektisida, gen yang dapat mendegradasi mercuri. Hasil kultur dianalisis untuk mengetahui hasil ekspresi DNA asing. Teknik analisis untuk mengetahui ekspresi transgen dilakukan melalui analisis sourthen blotting atau PCR (Romano, dkk., 2003).  

Faktor-faktor keberhasilan
Ada beberapa variabel yang harus dikontrol agar tingkat keberhasilan transformasi efektif, meliputi
  1. Temperatur, jumlah sel dan kemampuan regenerasi sel atau totipotensi yang digunakan. Eksplant yang digunakan lebih baik eksplant yang masih memiliki kemampuan mersitematis, misalnya jaringan embrional dan epikotil  (Indurker, 2006).    .
  2. Jumlah DNA yang menyelubungi partikel logam yang ditransfer ke dalam sel/jaringan (Eisenbraun, 1993)
  3. Tipe senapan yang digunakan, jenis microcarrier, pemberian tekanan helium  (Indurker, 2006).   
Keuntungan
  1. Gen gun dapat digunakan pada jangkauan yang lebih luas, misalnya pada tumbuhan dapat digunakan organ daun. Bakteri atau virus tidak dapat mentransfer gen ke dalam kloroplas sehingga metode gen gun dapat digunakan untuk memasukkan DNA asing ke dalam kloroplas.
  2. Transformasi genetik lebih sederhana, cepat, dan memberikan frekuensi hasil transforman yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan Agrobacterium. Transformasi menggunakan Agrobacterium pada buncis memiliki frekuensi hasil transformasi rata-rata 0.5-3%, sedangkan menggunakan partikel bombardment yaitu 18% (Indurker, 2006).   
Keterbatasan
Keterbatasan transformasi menggunakan partikel bombardment dibandingkan Agrobacterium yaitu
  1. Harga alat dan perlengkapannya cukup mahal
  2. Penembusan partikel ke dalam jaringan cukup dangkal
  3. Daerah penembusan DNA plasmid ke dalam jaringan target cukup luas sehingga DNA yang ditransfer ke dalam sel acak. Beberapa sel yang tidak mengekspresikan transgen, akan mati jika ditumbuhkan dalam medium kultur kusus (Clark, 2012: 405).
  4. Seringkali terjadi penggabungan salinan ganda transgen pada sisi tunggal penyisipan, penyusunan ulang gen yang menyisip dan penggabungan transgen pada sisi penyisipan ganda. Salinan ganda dapat menyebabkan hilangnya transgen pada keturunan berikutnya (Yao dkk., 2006).
  5. Salah satu permasalahan dalam semua metodologi transformasi yang digunakan dan pada penggunaan partikel bombardment sendiri adalah tidak ada jaminan terekspresinya transgen oleh tanaman. Epigenetik dan efek posisi, gen silencing, fenomena supresi dan co-supresi seringkali menginaktifkan transgen (Romano, dkk., 2003). 

2.    Agrobacterium tumefaciens
Agrobacterium adalah genus dari bakteri gram negatif yang ditemukan oleh H.J.Conn yang digunakan untuk transfer gen secara horizontal yang menyebabkan tumor. Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenik. Secara alami, A. tumefaciens dapat menginfeksi tanaman dikotil melalui bagian tanaman yang terluka sehingga menyebabkan crown gall tumor. Bakteri yang tergolong ke dalam gram negatif ini memiliki sebuah plasmid besar (lebih dari 200 kb) yang disebut plasmid-Ti yang berisi gen penyandi faktor virulensi penyebab infeksi bakteri ini pada tanaman. Untuk memulai pembentukan tumor, A. tumefaciens harus menempel terlebih dahulu pada permukaan sel inang dengan memanfaatkan polisakarida asam yang akan digunakan untuk melakukan kolonisasi pada sel tanaman. Selain tanaman dikotil, tanaman monokotilseperti jagung, gandum, dan tebu telah digunakan untuk memasukkan sel asing ke dalam genom tanaman.
  Tumor yang disebabkan oleh Agrobacterium

Plasmid Ti adalah vektor alami yang digunakan untuk mentransfer DNA ke dalam sel tanaman. Pada sebagian besar plasmid Ti, terdapat empat  kompleks gen, yaitu T-DNA (bagian yang ditransfer dan menyatu dengan genom tanaman,  gen virulen (vir) yang terdiri dari 50 kilo-basa untuk mengatur proses transfer T-DNA ke dalam DNA tanaman, gen tra/trb yang mengatur perpindahan plasmid Ti antarbakteri (conjugative transfer), bagian yang mengatur sistem replikasi plasmid (ORI), dan bagian gen yang menyandikan katabolisme opine.  Molekul opin ini akan dihasilkan oleh jaringan tanaman yang terinfeksi bakteri pembawa plasmid Ti dapat berupa octopine, nopaline, succinamopine and leucinopine. Plasmid Ti ini memiliki 196 gen yang dikode oleh 195 protein, memiliki panjang 206,479 nukleotida, kandungan GC 56% dan 81% material yang dikode oleh gen.
 Peta Ti plasmid Agrobacterium tumefaciens

Daerah virulensi (virulence region) terdiri gen virABCDEFG yang mengkode suatu enzim yang bertanggung jawab untuk mentransfer T-DNA ke dalam sel tumbuhan, yaitu
·      virA mengkode reseptor (transmembrane dimeric sensor protein) yang beraksi ketika adanya senyawa phenolic berupa acetosyringonesyringealdehyde atau acetovanillone yang dikeluarkan dari kerusakan jaringan tumbuhan.
·         virB mengkode protein yang menghasilkan struktur seperti pilus
·         virC berikatan dengan enhancer pada T-region
·         virD1 dan virD2 mengenali T-DNA border dan menghasilkan endonuklease yang memotong (nicking) ujung kiri dan ujung kanan dari T-DNA yang dimulai dari ujung kanan
·         virG adalah faktor transkripsi (trancriptional factor) yang mengaktifkan ekspresi gen Vir setelah berikatan dengan sekuens yang cocok.


 Pada kromosom Agrobacterium setiap elemen gen menunjukkan peranan yang berbeda untuk perlekatan A. Tumefaciens ke sel tumbuhan. Lokus chvA dan chvB terlibat dalam sintesis dan ekskresi β 1,2 glucan (Cangelosi et al., 1989), chvE dibutuhkan dalam pengenalan gula dari induksi gen vir dan untuk kemotaksis bakteri tersebut (Ankenbauer et al., 1990, Cangelosi et al., 1991), lokus cel bertanggung jawab untuk sintesis fibril selulosa (Matthysse 1983), lokus pscA (exoC) berperan dalam siklus glucan dan asam sukkinoglikan (Cangelosi et at., 1991), dan lokus att yang terlibat dalam pembentukan protein permukaan sel bakteri (Matthysse, 1987).
Di alam, Agrobacterium tertarik pada tumbuhan yang memiliki luka kecil yang mengeluarkan senyawa phenolik seperti acetosyringone dan gula. Senyawa ini menginduksi bakteri untuk berpindah dan melekat pada tumbuhan melalui berbagai macam receptor permukaan sel. Induser yang sama mengaktifkan ekpresi gen vir yang terdapat pada Ti plasmid yang bertanggung jawab untuk transfer ss- DNA menuju sel tumbuhan.  Ini di bawah kendali dua komponen sistem regulasi yaitu virA protein yang mengenali acetosyringone yang dikode oleh gen virA di dalam Ti-plasmid dan chvE protein yang mengenali gula yang dikode di dalam kromosom bakteri . Senyawa-senyawa tersebut mengeluarkan signal yang dikenali oleh reseptor dimeric transmembran kompleks virA chvE. Pada permukaan sel, sensor melakukan aktivasi Vir A dengan cara autophosphorilasi ketika mendeteksi senyawa phenolic tumbuhan. Selanjutnya Vir A akan mengirimkan phosfat untuk pengikatan DNA oleh protein Vir G sebagai faktor transkripsi yang mengaktifkan proses transkripsi gen vir pada plasmid Ti yang akan mengekpresikan virC, virD, virE, virB, virF dan virH. Dua gen yang dihasilkan  VirD1 dan VirD2 yang mengenali 25 pb pada kedua ujung T-DNA  yang kemudian memotongnya (nicking)  membentuk kompleks untai tunggal T yang belum matang (immmature) yang disebut kompleks ssT-DNA-VirD2 . secara in vitro membuktikan bahwa kehadiran dari virD1 sangat dibutuhkan untuk memotong ssT-DNAoleh virD2. VirD2 pada saat itu melekat pada ujung 5’ akhir dari T-DNA dan memotongnya secara endonukleolitik sehingga akan membentuk gap (celah), dan helikase bakteri melepaskan T-DNA dari plasmid. Celah (gap)  untai tunggal pada plasmid tersebut akan segera diperbaiki. Kemudian  T-DNA  akan ditempatkan pada suatu cekungan yang diselubungi  dengan protein VirE2 yang disebut dengan hollow cylindrical filament dengan struktur yang bergulung. Ini adalah bentuk matang (mature) dari T-DNA yang siap masuk ke dalam sel tumbuhan.
            Sebenarnya ada dua model teori pengiriman kompleks ssT-DNA-VirD2  yang telah dikemukakan. Tetapi, yang banyak diterima adalah model penyelubungan untai tunggal oleh protein VirE2 (single strand binding protein virE2) dan mesin transfer (virB) kemungkinan tidak berinteraksi secara langsung dengan T-DNA. Pada alternatif model yang kedua,  kompleks ssT-DNA-VirD2  nampak telanjang  karena tidak diselubungi oleh virE2 sehingga terjadi interaksi langsung antara mesin transfer (virB) dengan kompleks ssT-DNA-VirD2, sedangkan virE2 ditansfer secara independent oleh mesin transfer ke dalam sel tumbuhan. Telah diketahui bahwa virE1 sangat dieprlukan untuk ekspor virE2 kedalam sel tumbuhan. Strain bakteri yang telah dimutasi virE1 nya tidak dapat mengekspor virE2 sehingga terakumulasi di dalam sel bakteri tersebut. T-DNA ditansfer ke tumbuhan sama halnya dengan konjugasi bakteri. Pertama-tama Agrobacterium membentuk suatu pilus yang merupakan ekpresi dari gen virB. Pilus ini menyerupai batang yang menghubungan dengan sel tumbuhan dan membuka saluran yang siap ditansferkan secara aktif T-DNA ke dalam sitoplasma tumbuhan. Pilus dan kompleks transport terdiri dari protein yang dihasilkan oleh gen vir.
            Kemudian, reseptor sitoplasma (plant cytosolic protein) tumbuhan mengenali signal lokasi inti pada virE2 dan vir D2 yang akan membentuk suatu kompleks dan membawanya menuju suatu lubang pada nukleus yang disebut nuclear uptake / nuclear pore dan mentransfer kompleks ssT-DNA-VirD2 kedalam genom tumbuhan. T-DNA akan terintegrasi kedalam genom tumbuhan secara illegitimate recombination (rekombinasi yang tidak ketahui mekanismenya) dan berubah bentuk menjadi untai ganda (double-stranded).  Integrasi ini membutuhkan DNA ligase, polymerase, dan protein yang mengubahnya menjadi kromatin (chromatin remodeling proteins) yang semuanya disediakan oleh tumbuhan.  VirD2 sangat diperlukan dalam ketepatan intergrasi ssT-DNA kedalam genom tumbuhan. Ekspresi dari integrasi gen T-DNA ini adalah produksi dari auksin, sitokinin dan opine. Opine adalah sekret yang dikeluarkan oleh sel tumbuhan dan dikonsumsi oleh Agrobacterium sebagai nutrisinya.


 Proses transfer T-DNA Agrobacterium tumefaciens

            Gen pada T-DNA akan diekspresikan sama halnya pada eukaryot yang memiliki promoters, enhancer dan bagian poly (A). Oleh sebab itu, ekspresi  dalam nukleus tumbuhan lebih baik dibandingkan pada Agrobacterium. Protein ini akan menyandi sintesis dua hormon pertumbuhan yang auksin dan sitokinin. Auksin membuat sel tumbuhan menjadi lebih besar dan sitokinin berperan dalam pembelahan sel. Sel tumbuhan yang diinfeksikan ini akan memulai tumbuh cepat dan tanpa kontrol sehingga menghasilkan tumor.
            T-DNA juga membawa gen untuk mensintesis opine yang mana merupakan variasi yang berbeda dari asam amino dan derivat gula fosfat. Opine dihasilkan oleh sel tumbuhan yang dikandung T-DNA tetapi digunakan oleh bakteri sebagai sumber carbon, nitorgen dan energi.  Ini adalah cara bagaimana bakteri menggunakan tumbuhan untuk menghasilkan sumber makanan bagi bacteri. Plasmid Ti selalu berada dalam Agrobacterium, membawa gen yang menyediakan bakteri untuk mendapatkan opin.
            Dalam prakteknya, Agrobacterium digunakan untuk mentransfer gen dari suatu kepentingan kedalam tumbuhan menggunakan kultur jaringan. Tiap pemisahan sel tumbuhan disebut protoplas  atau sebuah bagian dari kalus yang di kultur dengan Agrobacterium mengandung sebuah plasmid Ti yang dimodifikasi  T-DNA nya. Setelah kokultur, sel  tumbuhan dipanen dan di inkubasi dengan herbisida dan antibiotik yang digunakan sebagai marker selektif. Ini akan membunuh semua sel yang tidak ditransformasikan T-DNA atau gagal untuk mengekspresikan gen pada T-DNA. Sel yang telah ditransformasikan dapat di induksi untuk menghasilkan tunas dan jaringan akar dengan mengubah kondisi hormon pada medium mudah diuraikan. Tumbuhan transgenik yang masih kecil dapat dilindungi untuk level ekspresi transgen berikutnya.
Daerah T-DNA dari Ti plasmid dapat direkayasa genetika dengan menambah gen resisten antibiotik (antiobiotic resistance gene (kanR)) dan DNA asing yang diinginkan. Integrasi DNA asing kedalam sel tumbuhan mengganggu pembentukan tumor dan hanya sel tumbuhan dengan gen kanR yang dapat tumbuh pada kultur yang mengandung antibiotik. Tumbuhan sangat mudah beregenerasi dari kultur sel (kalus) dan tumbuhan transgenik yang telah dewasa mengekspresikan gen asing.

 Produksi tumbuhan transgenik dengan menggunakan integrasi Ti plasmid.

Baru-baru ini, sebuah metode yang disebut dengan in planta Agrobacterium transformation telah dikembangkan dan merevolusi dunia transformasi tumbuhan. Transformasi in planta juga diketahui sebagai metode floral dip. Metode ini telah dikembangkan menggunakan tumbuhan model Arabidopsis tetapi sedang diperluas untuk tumbuhan lain, seperti gandum dan jagung (Gambar 16): A. Pertama, Arabidopsis ditumbuhkan sampai tunas bunga mulai terbentuk. Tunas kemudian dipindahkan dan dibiarkan beregenerasi untuk beberapa hari. B. Ketika mulai beregenerasi, tumbuhan dicelupkan ke dalam suspensi Agrobacterium yang berupa surfaktan. Surfaktan Agrobacterium dibiarkan untuk melekat pada tumbuhan dan mentransfer T-DNA nya. Karena tunas bunga sudah mulai terbentuk, T-DNA akan menjadi bagian dari jaringan ovarium sampai akhirnya tumbuhan menyelesaikan pertumbuhan dan pembentukan bibitnya. C. Tanaman dipelihara selama beberapa minggu hingga dewasa dan kemudian bibit anakan dipanen. D. Bibit tersebut dipanen dan ditumbuhkan pada medium selektif untuk mendapatkan gen yang terintegrasi dan ekpresi T-DNA. Meskipun, metode ini memberikan persentase rendah terbentuknya transforman.
Metode in planta Agrobacterium transformation
 Agrobacterium merupakan sistem transformasi gen yang menguntungkan karena efisiensinya tinggi dan integrasinya stabil.  Agrobacterium tumefaciens dinyatakan dapat membawa setiap gen yang diinginkan di dalam T-kompleks dan memasukkannya ke dalam DNA target pada tanaman dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.  Hal tersebut dikarenakan untai T-DNA Agrobacterium tumefaciens tidak seperti komponen genetik mobile pada transposon dan retrovirus yang menyandikan fungsi bagi pergerakan dan integrasi DNA. 
Transformasi dengan Agrobacterium juga memiliki beberapa keuntungan lain, diantaranya bersifat dapat diulang (reproducible), relatif lebih murah, memberikan pola integrasi yang tegas, jumlah salinan dalam genom sedikit (1-3 salinan) sehingga memudahkan untuk membedakan sifat ekspresi tanaman transgenik itu sendiri..  Pada awalnya teknik transformasi dengan Agrobacterium hanya berhasil pada tanaman dikotil ketika tanaman ini menghasilkan senyawa induser untuk menginduksi gen vir ketika tanaman luka dan mengeluarkan getah. Tanaman tembakau dan solanaceae adalah contoh pertama tanaman dikotil yang berhasil ditransformasi.
Selain menyisipkan gen target untuk perubahan sifat tanaman tertentu yang dikehandaki, transformasi genetik dengan Agrobacterium pada tanaman juga bermanfaat untuk membuat populasi tanaman mutan. Dengan menggunakan Agrobacterium memungkinkan diperoleh mutan dalam jumlah banyak dalam suatu periode yang relatif singkat. Pembuatan mutan dilakukan dengan menggunakan elemen loncat (transposon) misalnya transposon Ac/Ds. Transposon Ds akan berpindah posisi dalam genom pada tempat berbeda dan tersisip pada gen-gen fungsional.  Sedangkan elemen Ac menyandikan suatu enzim yang mengaktifkan elemen Ds untuk bertransposisi. Adanya penyisipan Ds ini memungkinan fenotipe tanaman menjadi beragam. Keragaman mutan ini dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah baru untuk selanjutnya dapat dilakukan isolasi gennya (Mulyaningsih, 2009).
Proses transformasi gen via Agrobacterium juga dapat dilakukan dengan sistem vektor biner. Sistem vektor biner yang diterapkan dalam proses transformasi gen via Agrobacterium dapat meningkatkan efisiensi transformasi. Sistem binary vector merupakan penggunaan dua plasmid Ti secara bersama dan saling berhubungan untuk proses tranfer gen. Kedua plasmid Ti tersebut terdiri dari satu plasmid pembawa range replikon yg luas (ORI dari E.coli dan Agrobacterium tumefaciens, T-DNA yang mengandung multiple cloning site, gen resistan antibiotik) sedangkan plasmid pasangannya mengandung gen virulence (vir-region) tanpa T-DNA. 
Umumnya Agrobacterium tumefaciens sebagai media transformasi gen relatif efisien diterapkan pada spesies tumbuhan. Dilain pihak, ada beberapa spesies tanaman yang tingkat keberhasilan transformasinya rendah, sebagian besar adalah  jenis tanaman monokotil.  Namun, menurut Mulyaningsih (2009) pengembangan penelitian terkini dapat mengatasi kelemahan tersebut dengan melakukan beberapa penyesuaian kondisi seperti penambahan senyawa induser dan pH saat ko-kultivasi.   Hiei dkk (1994) dalam Mulyaningsih (2009) dalam telah berhasil membuktikan bahwa tanaman padi jenis japonica berhasil ditransformasi menggunakan Agrobacterium dengan material tanaman berupa sel kalus embriogenik. Dalam penelitiannya Hiei dkk menambahkan senyawa asetosiringone pada media dan menggunakan media dengan pH 5,2 saat ko-kultivasi. Hingga saat ini studi transformasi genetik dengan Agrobacterium terhadap tanaman pangan seperti padi terutama jenis indica (yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi) terus dilakukan.  Beberapa jenis tanaman pangan dan non pangan hasil transformasi dengan Agrobacterium di Amerika yang dilaporkan ialah kedelai, kapas, jagung, bit, , gandum, canola, creeping bentgrass (untuk pakan).

0 komentar:

Posting Komentar